Film ? merupakan film baru garapan Hanung Bramantyo. Film ? merupakan film tentang toleransi umat beragama.
Jika kita melihat di bioskop, akan terlihat poster Film ? dengan tagline cukup 'gegabah': "Masih Perlukah Kita Berbeda?".
Dengan tagline seperti itu, saya sebagian kita awam lain tentu bisa menebak kalau tema film merupakan tentang keberagaman agama dengan sejumlah masalah realitas sosial di dalamnya. Selain film ? kontroversial, baru-baru ini termasuk punyaLedakan Bom Bunuh Diri di Cirebon.
Sinopsis Film ? Soleh [Reza Rahadian] merupakan tipikal suami emosional mempecundangi dirinya sendiri lantaran menilai dirinya tak mampu menjadi imam keluarga. Ia memiliki istri Menuk [Revalina S. Temat], perempuan muslimah bekerja di restoran Pak Tan, sekita Tionghoa [Hengky Sulaeman]. Di lain sisi, Menuk pernah berhubungan dengan putra Pak Tan, Hendra. Tetapi, karena Menuk lebih memilih Soleh, Hendra menjadi skeptis memandang hidup menilai bahwa karena kehancuran hubungannnya merupakan karena perbedaan agama.
Sementara Rika [ diperankan Endhita], ia sebelumnya muslim, kemudian mengubah keyakinannya menjadi Katolik. Ia dikisahkan janda beranak satu. Anaknya masih kecil, digambarkan tetap memegang teguh agama Islam. Kemudian Rika berteman dengan Surya, sekita aktor figuran terus-menerus menjalani pekerjaannya ini [dalam kurun waktu10 tahun terakhir]. Surya awalnya termasuk muslim, kemudian suatu hari ia menerima ajakan Rika. Ia kemudian berperan sebagai Yesus dalam drama penyaliban di acara keagamaan umat Katolik. Nah, di sinilah pertentangan batin demi pertentangan batin berusaha digambarkan oleh penulisnya.
Ulasan : -Film ? berlatarbelakang awal tahun 2010, di sebuah pemukiman padat penduduk. Ketika dilingkungan masyarakatnya masih saja memperolok satu dengan lainnya hanya karena keturunannya. Contohnya ketika sekita keturunan Tionghoa lewat di samping sekelompok muslim hendak menunaikan salat, keduanya malah berantem hanya karena ejekan khas anak kecil. Antara Soleh [muslim] atau Hendra [Tionghoa], keduanya tidak digambarkan memiliki ketaatan lebih terhadap ibadah. Soleh tidak digambarkan rajin shalat sesering Menuk shalat. Sementara Hendra sering menolak ketika diajak ibadah. Intinya kedua lelaki ini masih labil [hal ini memang punyadalam realitas kita]. Meski penceritaan kisah segi tiga antara Soleh, Menuk Hendra terasa dibuat-buat untuk mendukung tema film.
-Dari film ? paling tidak saya tahu cara ibadah kita Katolik. Terutama ketika Rita menulis definisi Tuhan lewat secarik kertas. saat dibacakan pendeta, Tuhan didefinisikannya dengan banyaknya sifat ketuhanan dalam agama Islam [Asmaul Husna], mungkin dengan maksud masih adanya keislaman dalam dirinya meski sudah pindah agama.
Scene ini terasa dibuat-buat sebagai kita awam akan menyimpulkan bahwa tokoh Rita sebenarnya merupakan tokoh masih ragu dalam menentukan jalannya dengan berpindah agama. Bukankah ia mempelajari keyakinan barunya sebelum berpindah agama? harusnya ia tidak perlu sebingung ini untuk medifinisikan Tuhan dalam agama baru dianutnya. Tokoh Rita diperankan Endhita tidak berkembang, dia memerankan film layar lebar layaknya bintang sekelas FTV atau Sinetron.
-Di lain sisi, Soleh digambarkan selalu berpeci berkoko, namun ia punya keislaman parsial [kontras banget bikin bingung penonton. Akan timbul pertanyaan, Soleh sebenarnya taat beragama atau nggak?], ppunyasuatu saat ketika ia tiba-tiba sudah menjadi banser NU [Soleh menyebutnya pekerjaan. Reaksi Banser NU terhadap pernyataan dialog dalam film ini sempat memprotes karena ppunyakenyataannya, menjadi Banser NU tidak dibayar melainkan anggotanya butuh pelatihan].
Diceritakan Soleh memasuki gereja sekedar ingin tahu drama natal. Padahal sebelumnya ia sadar bahwa merupakan haram sekita muslim memasuki tempat ibadah umat lain, sepertinya masuknya Soleh ke gereja ini untuk memuluskan skenario. Yaini ketika ia menemukan bom. Ia menjadi gelagapan sendiri anehnya tidak berteriak kencang mengabarkan kalau mereka semua mungkin akan mampus karena bom. Entah dengan inisiatif apa [mungkin ingin disebut jihad], Soleh membawa bom sendiri keluar meledaklah ia Buum.. Dia meninggal. So dramatic.. penonton akan dibuat mewek oleh scene ini, sementara di lain sisi termasuk punya ketawa ngakak :D
Pencitraan muslim di film ? ini digambarkan sebagai kaum anarkis ala FPI, bakar-bakaran atau main hakim sendiri [realitasnya tentu saja ada], namun apa digambarkan dalam film ? terkesan berlebihan. Banyak scene menggambarkan manusia muslim tidak mencerminkan sekita muslim. Contohnya seperti aksi main hakim sendiri, suka berantem, sekita muslim awam nggak tahu kalau masuk Gereja ini haram, sampai punyaibu-ibu pemilik kos digambarkan berjilbab namun suka gossip, parahnya hal ini sering dilakukan di depan sekita anak SD [kontras sekali].
Sisi positif Film ? agar kita bisa menghormati agama lain. Tentang penyataan bahwa 'kita memiliki cara berlainan untuk menuju Tuhan sama' , ini merupakan pendapat agar kita senantiasa memperlakukan sesama dengan baik.
Film ? berdurasi 100 menit tersebut terbilang tidak cukup berhasil memancing emosi penonton. Mungkin sebagian penonton akan bingung dengan serentetan 'scene demi scene' keseluruhan dialog singkat sebagai usaha sutradara untuk menjabarkan masalah pergolakan batin terjadi masing-masing tokoh. Tapi malah terkesan berantakan, mengada-ngada, palsu terkesan lucu.
Para tokoh dalam Film ? terkesan hampa, mengambang, lucu. Ini mungkin karena penulisnya [Titin Wattimena] kesulitan dalam mengimbangi porsi penampilan para tokoh dengan latar belakang berbeda, dengan masalah hampir sama, yaini : mengenyahkan agama tanpa sadar demi mengedepankan emosinya sendiri [hawa nafsu, kepentingan pribadi].
Front Pembela Islam [FPI] sempat menyerukan agar film ? [tanda tanya] diboikot. Bahkan FPI mengharamkan film baru Hanung Bramantyo ini untuk ditonton.
Ketua FPI DKI Jakarta, Habib Salim Selon, di Gedung Film, Pancoran, Jakarta, Jumat [15/4/2011] menyatakan bahwa : "Film ? merupakan film liberal sesat menyesatkan sehingga haram ditonton oleh umat".
Bahkan MUI termasuk mengancam akan memfatwa haram film ?, karena pesannya dapat mendangkalkan akidah umat Islam.
Menurut saya Film ? kurang berhasil [bukan berarti tidak bagus], bukan termasuk karena terpengaruh oleh kontroversi film ? dari pengamatan salah satu atau banyaknya agama. Menurut pengamatan kita biasa cetek tentang film, ini bukan merupakan karya terbaik Hanung Bramantyo, tapi alternative film perlu ditonton di tengah film-film sejenis pocong ngesot :D
Testimonial: